Senin, 27 April 2020

Kromatografi lapis tipis dan kolom


JURNAL PRAKTIKUM 
KIMIA ORGANIK 1











  
DISUSUN OLEH:
ULUL AZMI  
(NIM : A1C118068)

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si 






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
percobaan  8


I.         Judul                   : Kromatografi Lapis Tipis Dan Kolom
II.     Hari/tanggal        : Selasa,  28 April 2020 
III.     Tujuan                : Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1.      Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom.
2.      Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom.
3.      Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi   lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom.
4.      Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

IV.         Landasan Teori

Kromatografi adalah proses pemisahan campuran zat menjadi suatu komponen yang serupa dengan komponen penyusunnya, sehingga dapat dilakukan analisis menyeluruh terhadap campuran tersebut. Kromatografi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas yang mana semuanya menggunakan prinsip dasar yang sama. Ada beberapa istilah dalam kromatografi yaitu fase gerak, fase diam, eluen, eluat, elusi, dan analit.http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Prinsip dari  kromatografi adalah komponen atau senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang bebeda diantara fase gerak dan fase diam. Bahan yang digunaka sebagai penjerap (stasioner) biasanya menggunakan silica gel (SiO2.H2O) atau alumina terhidrasi (Al2O3). Bahan-bahan tersebut memiliki kemampuan menjerap senyawa organik. Kemampuan bahan-bahan itu menjerap tergantung tingkat kepolarannya. Semakin polar senyawa organik, semakin kuat juga bahan tersebut menjerap molekul air, sehingga keaktifannya menurun. Pada kromatografi lapis tipis ada cara yang digunakan untuk menghitung Rf (Retardation factor) yaitu dengan cara : Rf =  Jarak yang ditempuh senyawa/jarak garis depan pelarut    (Tim Kimia Organik I, 2020).
Prinsip dari  kromatografi adalah komponen atau senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang bebeda diantara fase gerak dan fase diam. Bahan yang digunaka sebagai penjerap (stasioner) biasanya menggunakan silica gel (SiO2.H2O) atau alumina terhidrasi (Al2O3). Bahan-bahan tersebut memiliki kemampuan menjerap senyawa organik. Kemampuan bahan-bahan itu menjerap tergantung tingkat kepolarannya. Semakin polar senyawa organik, semakin kuat juga bahan tersebut menjerap molekul air, sehingga keaktifannya menurun. Pada kromatografi lapis tipis ada cara yang digunakan untuk menghitung Rf (Retardation factor) yaitu dengan cara : Rf =  Jarak yang ditempuh senyawa/jarak garis depan pelarut    (Tim Kimia Organik I, 2020).
Pada teknik pemisahan dengan cara kromatografi ini setelah dilakukan proses kromatografi yaitu dari proses penotolan noda pada plat, kemudian pengujian dengan eluen langkah selajutnya adalah mendeteksi noda yang telah didapatkan. Dalam hal ini pendeteksian noda pada kromatografi lapis tipis (KLT) lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan kromatografi kertas. Dalam pendeteksian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik umum yang biasanya dilakukan. Jika didapatkan noda yang tidak berwarna atau berpendar jika dikenai oleh sinar ultraviolet dapat ditempatkan dengan cara yaitu mendidihkan papan pengembang pada larutan iod. Sehingga nantinya uap iod tersebut akan berinteraksi dengan komponen sampel yang terbentuk baik berdasarkan kelarutan membentuk warna atau secara kimiawinya (Soebagio, 2000).
Golongan senyawa dapat ditentukan dengan cara uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Untuk identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau ciri lain dan kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka (Harborne, 1987).

V.         Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan  pada percobaan kali ini yaitu :
1.1    Alat
1.      Plat TLC
2.      Bejana
3.      Cawan Petri
4.      Pipa gelas kapiler
5.      Tabung reaksi
6.      Kolom kromatograf
7.      Gelas wool
8.      Kertas saring
9.      Pensil
10.  Lampu UV
5.2  Bahan
1.      n-Heksana
2.      Etil asetat
3.      Aseton
4.      Etanol
5.      Metanol
6.      Kloroform
7.      Silika gel
8.      Ekstrak tanaman
9.      Selium sulfat
10.  Asam sulfat

VI.         Prosedur Kerja

A.     Kromatografi Lapis Tipis
·    Siapkan Plat TLC
·    Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
·    Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml methanol
·    Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
·    Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
·    Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
·    Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
·    Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
·    Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.
B.      Kromatografi Kolom
·    Siapkan 10 ekstrak daun
·    Siapkan kolom kromatografi
·    Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
·    Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
·    Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
·    Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
·    Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
·         Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.
pertanyaan :

1.       Dari video diatas , eluen yang digunakan ada 2 jenis yaitu eluen bersifat polar dan eluen bersifat non polar. Apa saja yang termasuk eluen polar dan eluen non polar dan tuliskan perbandingannya?
2.       Pada video tersebut saat ingin melakukan proses kromatografi lempeng KLT yang digunakan sebagai alat untuk pemisahan ini diletakkan miring dengan derajat kemiringan sekitar 30o. Apa fungsi diletakkannya lempeng tersebut dengan kemiringan 30o?
3.       mengapa pada video diatas pada percobaan kromatografi kolom pelarut harus diberikan secara terus menerus?

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saya Valen Dwi Putri dengan nim A1C118050 akan menjawab pertanyaan no 1.

    A. Eluen yang bersifat polar
    a. Etil asetat:etanol:air = 10:2:1
    b. Kloroform:metanol:air = 16:6:1

    B. Eluen bersifat non polar
    a. N-heksana:etil asetat = 8:2
    b. Benzena:etil asetat = 8:2
    Terimakasih

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum ulul, saya Fitrianty (032) akan membantu menjawab pertanyaan bomor 2, yakni fungsi dari diletakkannya lempeng tersebut dengan kemiringan 30 derajat celcius adalah agar praktikan lebih mudah mengamati elusi yang terjadi pada eluen dan tentunya juga akan membantu kita juga dalam menghitung Rf-nya.
    Sekian, semoga membantu

    BalasHapus
  4. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    DARA KUMALASARI
    A1C118038
    akan menjawab permasalahan no 3
    dalam proses ini eluen diberikan secara terus menerus dan jangan sampai adsorben kering.Jika kering maka adsorbennya akan retak,maka akan sulit membedakan atau melihat warna yang terdapat dalam kolom. juga akan masuk udara jika adsorben kering. hasil yang didapatkan nanti tidak nampak adanya perubahan warna (pencampuran antara sampel dan larutan) Jika terjadi retakan kompres dengan pelarut pada dinding kolom.sekian dan terimakasih. semoga membantu.

    BalasHapus

Kromatografi lapis tipis dan kolom

JURNAL PRAKTIKUM  KIMIA ORGANIK 1     DISUSUN OLEH: ULUL AZMI   (NIM : A1C118068) DOSEN PENGAMPU: ...