JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK 1
DISUSUN OLEH:
ULUL AZMI
(NIM : A1C118068)
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
percobaan 8
percobaan 8
I.
Judul : Kromatografi Lapis Tipis Dan
Kolom
II. Hari/tanggal : Selasa, 28 April 2020
III. Tujuan : Adapun tujuan dari praktikum kali
ini yaitu:
1.
Dapat mengetahui
teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom.
2.
Dapat membuat pelat
kromatografi lapis tipis dan kolom.
3.
Dapat memisahkan suatu
senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya
dengan kolom.
4.
Dapat memisahkan
pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV.
Landasan Teori
Kromatografi adalah proses pemisahan campuran
zat menjadi suatu komponen yang serupa dengan komponen penyusunnya, sehingga
dapat dilakukan analisis menyeluruh terhadap campuran tersebut. Kromatografi
terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi
kertas, kromatografi cair, kromatografi gas, kromatografi penukar ion,
kromatografi afinitas yang mana semuanya menggunakan prinsip dasar yang sama. Ada
beberapa istilah dalam kromatografi yaitu fase gerak, fase diam, eluen, eluat,
elusi, dan analit. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Prinsip dari kromatografi adalah komponen atau senyawa yang
berbeda mempunyai koefisien distribusi yang bebeda diantara fase gerak dan fase
diam. Bahan yang digunaka sebagai penjerap (stasioner) biasanya menggunakan
silica gel (SiO2.H2O) atau alumina terhidrasi (Al2O3). Bahan-bahan tersebut
memiliki kemampuan menjerap senyawa organik. Kemampuan bahan-bahan itu menjerap
tergantung tingkat kepolarannya. Semakin polar senyawa organik, semakin kuat
juga bahan tersebut menjerap molekul air, sehingga keaktifannya menurun. Pada
kromatografi lapis tipis ada cara yang digunakan untuk menghitung Rf (Retardation
factor) yaitu dengan cara : Rf = Jarak
yang ditempuh senyawa/jarak garis depan pelarut (Tim Kimia Organik I, 2020).
Prinsip dari kromatografi adalah komponen atau senyawa yang
berbeda mempunyai koefisien distribusi yang bebeda diantara fase gerak dan fase
diam. Bahan yang digunaka sebagai penjerap (stasioner) biasanya menggunakan
silica gel (SiO2.H2O) atau alumina terhidrasi (Al2O3). Bahan-bahan tersebut
memiliki kemampuan menjerap senyawa organik. Kemampuan bahan-bahan itu menjerap
tergantung tingkat kepolarannya. Semakin polar senyawa organik, semakin kuat
juga bahan tersebut menjerap molekul air, sehingga keaktifannya menurun. Pada
kromatografi lapis tipis ada cara yang digunakan untuk menghitung Rf (Retardation
factor) yaitu dengan cara : Rf = Jarak
yang ditempuh senyawa/jarak garis depan pelarut (Tim Kimia Organik I, 2020).
Pada teknik pemisahan dengan cara kromatografi
ini setelah dilakukan proses kromatografi yaitu dari proses penotolan noda pada
plat, kemudian pengujian dengan eluen langkah selajutnya adalah mendeteksi noda
yang telah didapatkan. Dalam hal ini pendeteksian noda pada kromatografi lapis
tipis (KLT) lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan kromatografi kertas.
Dalam pendeteksian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik umum
yang biasanya dilakukan. Jika didapatkan noda yang tidak berwarna atau
berpendar jika dikenai oleh sinar ultraviolet dapat ditempatkan dengan cara
yaitu mendidihkan papan pengembang pada larutan iod. Sehingga nantinya uap iod
tersebut akan berinteraksi dengan komponen sampel yang terbentuk baik
berdasarkan kelarutan membentuk warna atau secara kimiawinya (Soebagio, 2000).
Golongan senyawa dapat ditentukan dengan cara uji warna,
penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Untuk identifikasi
lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat atau ciri lain
dan kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka (Harborne, 1987).
V.
Alat dan Bahan
Adapun alat
dan bahan yang digunakan pada percobaan
kali ini yaitu :
1.1 Alat
1.
Plat TLC
2.
Bejana
3.
Cawan Petri
4.
Pipa gelas kapiler
5.
Tabung reaksi
6.
Kolom kromatograf
7.
Gelas wool
8.
Kertas saring
9.
Pensil
10. Lampu UV
5.2 Bahan
1. n-Heksana
2. Etil asetat
3. Aseton
4. Etanol
5. Metanol
6. Kloroform
7. Silika gel
8. Ekstrak tanaman
9. Selium sulfat
10. Asam sulfat
VI.
Prosedur Kerja
A. Kromatografi Lapis
Tipis
·
Siapkan Plat TLC
·
Dibuat larutan
pengembang dalam gelas piala 1L dengan
komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40
: 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
·
Dibuat 10 larutan
sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml methanol
·
Masing- masing diambil
larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC
dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
·
Keringkan noda sampel
dan standard dengan dryer (ditiup)
·
Masukkan pelat ke
dalam bejana pengembang
·
Biarkan proses ini
berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
·
Angkat pelat dari
bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
·
Hitung dan bandingkan
semua Rf yang diperoleh.
B.
Kromatografi Kolom
·
Siapkan 10 ekstrak
daun
·
Siapkan kolom
kromatografi
·
Sumbat bagian bawah
kolom dengan glass wool
·
Dimasukkan silika gel
kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
·
Larutan tersebur
kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
·
Dimasukkan sampel yang
akan di kromatografi
·
Pelarut harus terus-
menerus diteteskan kedalam kolom
·
Tetesan yang keluar
dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan
berdasarkan warnanya.
pertanyaan :
1.
Dari video diatas , eluen yang digunakan ada 2
jenis yaitu eluen bersifat polar dan eluen bersifat non polar. Apa saja yang
termasuk eluen polar dan eluen non polar dan tuliskan perbandingannya?
2.
Pada video tersebut saat ingin melakukan proses
kromatografi lempeng KLT yang digunakan sebagai alat untuk pemisahan ini
diletakkan miring dengan derajat kemiringan sekitar 30o. Apa fungsi
diletakkannya lempeng tersebut dengan kemiringan 30o?
3.
mengapa pada video diatas pada percobaan
kromatografi kolom pelarut harus diberikan secara terus menerus?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saya Valen Dwi Putri dengan nim A1C118050 akan menjawab pertanyaan no 1.
BalasHapusA. Eluen yang bersifat polar
a. Etil asetat:etanol:air = 10:2:1
b. Kloroform:metanol:air = 16:6:1
B. Eluen bersifat non polar
a. N-heksana:etil asetat = 8:2
b. Benzena:etil asetat = 8:2
Terimakasih
Assalamualaikum ulul, saya Fitrianty (032) akan membantu menjawab pertanyaan bomor 2, yakni fungsi dari diletakkannya lempeng tersebut dengan kemiringan 30 derajat celcius adalah agar praktikan lebih mudah mengamati elusi yang terjadi pada eluen dan tentunya juga akan membantu kita juga dalam menghitung Rf-nya.
BalasHapusSekian, semoga membantu
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
BalasHapusDARA KUMALASARI
A1C118038
akan menjawab permasalahan no 3
dalam proses ini eluen diberikan secara terus menerus dan jangan sampai adsorben kering.Jika kering maka adsorbennya akan retak,maka akan sulit membedakan atau melihat warna yang terdapat dalam kolom. juga akan masuk udara jika adsorben kering. hasil yang didapatkan nanti tidak nampak adanya perubahan warna (pencampuran antara sampel dan larutan) Jika terjadi retakan kompres dengan pelarut pada dinding kolom.sekian dan terimakasih. semoga membantu.