LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
ORGANIK I
DISUSUN
OLEH :
ULUL
AZMI
(NIM
: A1C118068)
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
Drs. SYAMSURIZAL.,M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
VII. Data Pengamatan
- Kalibrasi thermometer
No.
|
perlakuan
|
hasil
|
1.
|
Dicampurkan
air dan es didalam Erlenmeyer, dimasukkan thermometer dan dilengkakpi sumbat
serta diukur suh u dibawah thermometer.
|
Suhunya 0ºC
|
2.
|
Dimasukkan
thermometer kedalam tabung reaksi berisi aquades yang dipanaskan, diukur suhu
awal mendidih sampai tidak naik lagi(konstan)
|
Dari awal
mendidih 95ºC – 97ºC
|
b. Penentuan
Titik Leleh
No.
|
perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dibakar ujung
pipa kapiler dan dimasukkan zat murni yang dipanaskan dan diikat pada thermometer
, dimasukkan kedalam Erlenmeyer berisi aquades, dipanaskan dan dicatat suhu saat
mulai meleleh hingga meleleh sempurna
|
|
§ β-Naftol
|
105ºC-115ºC
|
|
§ Naftalen
|
78ºC-84ºC
|
|
§ Glukosa
|
120ºC-140ºC
|
|
§ Asam benzoate
|
98ºC-150ºC
|
|
§ Maltosa
|
105ºC-107ºC
|
|
2.
|
Dengan cara
yang sama, ditentukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1,
1:3 dam 3:1
|
|
§ Perbandingan
1:1
a).
Naftalen dan Glukosa
b).
Glukosa dan β-Naftol
c). β-Naftol dan Asam Benzoat
d).
Asam Benzoat dan Maltosa
e).
Maltosa dan Naftalen
|
100ºC-148ºC
130ºC-140ºC
88ºC-92ºC
110ºC-120ºC
120ºC-122ºC
|
|
§ Perbandingan
1:3
a).
Naftalen dan Glukosa
b).
Glukosa dan β-Naftol
c). β-Naftol dan Asam Benzoat
d).
Asam Benzoat dan Maltosa
e). Maltosa dan Naftalen |
148ºC-155ºC
138ºC-149ºC
90ºC-103ºC
100ºC-120ºC
110ºC-114ºC
|
|
§ Perbandingan
3:1
a).
Naftalen dan Glukosa
b).
Glukosa dan β-Naftol
c). β-Naftol dan Asam Benzoat
d).
Asam Benzoat dan Maltosa
e).
Maltosa dan Naftalen
|
130ºC-146ºC
146ºC-150ºC
85ºC-120ºC
97ºC-135ºC
113ºC-115ºC
|
c. Demonstari
Titik Leleh dengan MPA(Melting Point
Apparatus)
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Ditentukan
masing-masing titik leleh masing-masing sampel pada pipa kapiler setebal ± 2
mm. ditentukan menggunakan MPA
|
|
§ β-Naftol
|
110 ºC-115 ºC
|
|
§ Naftalen
|
80 ºC-110 ºC
|
|
§ Glukosa
|
160 ºC-180 ºC
|
|
§ Asam benzoate
|
115ºC-120 ºC
|
|
§ Maltosa
|
90 ºC-102 ºC
|
VIII.
Pembahasan
8.1 Kalibrasi
Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur berbagai macam suhu
yaitu suhu dingin, panas dan normal. Thermometer bisa digunakan untuk mengukur
dalam berbagai bentuk wujud yaitu wujud cair, gas dan padat. Sebelum digunakan
dalam pengukuran harus dikalibrasi terlebih dahulu.Hasil yang diperoleh yang
akan menjadi penentu langkah yang akan dikerjakan lagi. Untuk melakukan
percobaan thermometer itu harus diteliti terlebih dahulu untuk mendapatkan
kalibrasi yang baku. Sebelum menggunakan termoeter kita harus mengecek kondisi
dari thermometer tersebut. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).
Percobaan yang pertama kali kami
lakukan adalah kalibrasi thermometer dengan bahan yang digunakan adalah air. Air
yang kami gunakan adalah air murni karena dengan menggunakan air murni mudah
untuk proses kalibrasinya. Kami memasukkan air dan es kedalam Erlenmeyer
kemudian diberi penyumbat yang bertujuan agar es sapat terisolasi dan suhu yang
diperoleh tidak berpengaruh oleh suhu ruangan. Pada saat kami mencoba
pengkalibrasian kami mendapatkan suhu sampai 0ºC. Kami mengulang beberapa kali
agar hasil yang kami dapatkan dapat dipastikan benar. Jika hasil yang kami
dapatkan berbeda dari yang pertama dan kedua maka thermometer tidak dapat
digunakan.
Setelah mendapat suhu 0ºC, kami
memanaskan aquades didalam Erlenmeyer dan saat memanaskan nya juga disumbat dan
kami memasukkan thermometer juga, hal ini supaya suhu nya tidak terpengaruh
oleh suhu ruangan. Suhu yang kami dapatkan naik hingga 97ºC. Air mulai mendidih pada suhu 95ºC. Kami menunggu
hingga 1 menit tetapi suhunya tidak naik ke 100ºC tetapi hanya menetap di 97ºC.
berdasarkan hasil yang kami dapatkan, dapat disimpulkan bahwa thermometer kami
masuh layak untuk dipakai untuk percobaan berikunya.
8.2 Penentuan Titik Leleh
a.
Tabel Titik Leleh Berdasarkan Teori
![](file:///C:\Users\ASUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\03\clip_image008.png)
Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran titik leleh pada berbagai macam sampel murni. Dan ada juga kami mencampurkan sampel murni kami dengan sampel murni yang lain. disini kami menggunakan 5 macam jenis sampel yang kami gunakan dalam praktikum ini yaitu, naftalen, glukosa, Beta-naftol, asam benzoate dan Maltosa. Sebenarnya yang kami gunakan adalah Alpha-naftol, tetapi Karena alpha-naftol tidak ada jadi kami mengganti dengan beta-naftol yang tersedia dilaboratorium. pertama yang kami lakukan yaitu kami mengukur titik lelehnya dengan mengikatkan sampel pada thermometer dan keadaan tabung reaksi juga disumbat untuk menghindari pengaruh suhu ruangan. Pada saat kami mencoba pada beta-naftol kami mendapatkan awal mula dari sampel meleleh pada suhu 105ºC, dan tidak berubah suhu pada 115 ºC. dari literatur yang saya baca titik leleh dari beta naftol adalah sebesar 135ºC. Pada sampel kedua yaitu Naftalen, kami mendapatkan hasil suhunya meleleh pada suhu 78 ºC dan suhu maksimumnya 84 ºC. Pada sampel yang ketiga yaitu glukosa, suhu awal melelehnya adalah 120 ºC dan suhu maksimumnya adalah 140 ºC. Untuk asam benzoat kami memakai minyak untuk pengganti air , karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada air.dan pada percobaan ini, suhu awal melelehnya adalah 98 ºC dan suhu maksimumnya adalah 150 ºC. Untuk sampel yang terakhir yaitu Maltosa, kami mendapat suhu awalnya 105 ºC dan suhu maksimumnya adalah 107 ºC.
![](file:///C:\Users\ASUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\03\clip_image008.png)
Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran titik leleh pada berbagai macam sampel murni. Dan ada juga kami mencampurkan sampel murni kami dengan sampel murni yang lain. disini kami menggunakan 5 macam jenis sampel yang kami gunakan dalam praktikum ini yaitu, naftalen, glukosa, Beta-naftol, asam benzoate dan Maltosa. Sebenarnya yang kami gunakan adalah Alpha-naftol, tetapi Karena alpha-naftol tidak ada jadi kami mengganti dengan beta-naftol yang tersedia dilaboratorium. pertama yang kami lakukan yaitu kami mengukur titik lelehnya dengan mengikatkan sampel pada thermometer dan keadaan tabung reaksi juga disumbat untuk menghindari pengaruh suhu ruangan. Pada saat kami mencoba pada beta-naftol kami mendapatkan awal mula dari sampel meleleh pada suhu 105ºC, dan tidak berubah suhu pada 115 ºC. dari literatur yang saya baca titik leleh dari beta naftol adalah sebesar 135ºC. Pada sampel kedua yaitu Naftalen, kami mendapatkan hasil suhunya meleleh pada suhu 78 ºC dan suhu maksimumnya 84 ºC. Pada sampel yang ketiga yaitu glukosa, suhu awal melelehnya adalah 120 ºC dan suhu maksimumnya adalah 140 ºC. Untuk asam benzoat kami memakai minyak untuk pengganti air , karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada air.dan pada percobaan ini, suhu awal melelehnya adalah 98 ºC dan suhu maksimumnya adalah 150 ºC. Untuk sampel yang terakhir yaitu Maltosa, kami mendapat suhu awalnya 105 ºC dan suhu maksimumnya adalah 107 ºC.
b. Mengukur Titik Leleh Murni ditambah Pengotor (Senyawa Lain)
Pada percobaan pencampuran kami tetap menggunakan 5 sampel
seperti yang percobaan sebelumnya yaitu Naftalen, Maltosa, Asam Benzoat, Beta
naftol, dan glukosa. Kami mencampurkan sampel dengan perbandingan setiap sampel yang
berbeda, yaitu 1:1, 3:1, dan 1:3. Pada pencampuran 1:1 setiap sampelnya, pada
pencampuran naftalen dan glukosa, suhu awal yang kami dapatkan setelah mulai
meleleh adalah 100 ºC dan suhu maksimumnya adalah 148 ºC. Untuk sampel Glukosa
dan beta-naftol suhu awal mulai meleleh kami mendapatkan adalah 130 ºC dan
suhu maksimumnya adalah 140 ºC. untuk sampel ke tiga yaitu beta naftol dan asam
benzoat suhu awal yang kami dapatkan adalah 88 ºC dan suhu maksimumnya adalalh
92 ºC. untuk sampel ke empat yaitu Asam benzoat dan maltosa suhu awal yang
kami dapatkan saat mulai meleleh adalah 110 ºC dan maksimumnya adalah 120 ºC.
Untuk sampel yang terakhir yaitu maltosa dan naftalen, suhu awal meleleh
adalah 120 ºC, dan suhu maksimumnya adalah 122 ºC.
Pada pencampuran 3:1 setiap sampelnya, pada pencampuran
naftalen dan glukosa, suhu awal yang kami dapatkan setelah mulai meleleh adalah
130 ºC dan suhu maksimumnya adalah 146 ºC. Untuk sampel Glukosa dan beta-naftol
suhu awal mulai meleleh yang kami dapatkan adalah 146 ºC dan suhu maksimumnya
adalah 150 ºC. untuk sampel ke tiga yaitu beta naftol dan asam benzoat suhu
awal yang kami dapatkan adalah 85 ºC dan suhu maksimumnya adalah 120 ºC. untuk
sampel ke empat yaitu Asam benzoat dan maltosa suhu awal yang kami dapatkan
saat mulai meleleh adalah 97 ºC dan maksimumnya adalah 135 ºC. Untuk sampel
yang terakhir yaitu maltosa dan naftalen, suhu awal meleleh adalah 113 ºC, dan
suhu maksimumnya adalah 115 ºC.
Pada pencampuran 1:3 setiap sampelnya, pada pencampuran
naftalen dan glukosa, suhu awal yang kami dapatkan setelah mulai meleleh adalah
148 ºC dan suhu maksimumnya adalah 155 ºC. Untuk sampel Glukosa dan beta-naftol
suhu awal mulai meleleh yang kami dapatkan adalah 138 ºC dan suhu maksimumnya
adalah 149 ºC. untuk sampel ke tiga yaitu beta naftol dan asam benzoat suhu
awal yang kami dapatkan adalah 90 ºC dan suhu maksimumnya adalah 103 ºC. untuk
sampel ke empat yaitu Asam benzoat dan maltosa suhu awal yang kami dapatkan
saat mulai meleleh adalah 100 ºC dan maksimumnya adalah 120 ºC. Untuk sampel
yang terakhir yaitu maltosa dan naftalen, suhu awal meleleh adalah 110 ºC, dan
suhu maksimumnya adalah 114 ºC.
8.3 Demonstrasi Titik Leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus)
Pada percobaan ini, kami mencoba untuk menentukan titik
leleh dari 5 macam sampel diatas juga dengan menggunakan Melting Point
Apparatus(MPA). Pada sampel pertama, yaitu beta-naftol kami mendapatkan hasil suhu
awal pada saat awal adalah 110 ºC dan suhu maksimumnya adalah 115 ºC. Untuk
sampel kedua yaitu naftalen, kami mendapat suhu awal meleleh adalah 80 ºC dan
suhu akhirnya adalah 110 ºC. Untuk sampel ke tiga yaitu Glukosa, kami mendapat
suhu awal meleleh adalah 160 ºC dan suhu maksimumnya adalah 180 ºC. untuk
sampel ke empat yaitu asam benzoat, suhu awal meleleh adalah 115 ºC dan suhu
maksimumnya adalah 120 ºC. dan untuk sampel terakhir yaitu maltosa, kami
mendapat suhu awal dari meleleh adalah 90 ºC dan suhu maksimumnya adalah 102
ºC.
IX. Pertanyaan Pasca
1. Berdasarkan
percobaan yang sudah dilakukan dapat dilihat pada data pengamatan dan
pembahasan bahwasannya interval suhu dari mulai meleleh sampai pada meleleh
keseluruhan nampak berbeda dari senyawa murni dan senyawa campuran. Apa
penyebab hal itu terjadi?
2. Didalam
prosedur yang dipenuntun itu wadah yang digunakan untuk menguji titik leleh
adalah Erlenmeyer, tetapi pada saat percobaan tersebut ada yang menggunakan kaleng bekas. Apakah
akan sama hasil yang dilakukan saat didalam Erlenmeyer dengan didalam kaleng bekas?
Apakah hasilnya sksn skurat?
3. Dari
percobaan yang dilakukan,apa yang mempengaruhi ketidaksamaan hasil pengukuran
titik leleh pada Mpa dan manual?
XII. Lampiran
X. Kesimpulan
1.
Tingkat kemurnian titik leleh suatu zat
dilihat saat zat mulai meleleh sampai sea zat dapat meleleh semua. Semakin
tinggi tingkat kemurnian zat yang diuji, semakin cepat zat tersebut meleleh.
2.
Penggunaan air murni digunakan agar jika
air campuran yang digunakan maka titik didihnya akan berbeda dan pemanasan akan
berlangsung lama.
3.
Semakin besar zat pengotor yang
ditambahkan semakin besar titik lelehnya, begitu sebaliknya.
4.
Penentuan titik leleh yang kami lakukan,
kami menggunakan Naftalen, glukosa, betha-naftol, asam bezoat dan maltosa.
XI. Daftar Pusrataka
Arsyad.2011. Analisa beberapa asam organic dengan metode
high performance liquid (HPLC) Grace smart. vol 1.No.1:4
Sopyan.2016.
Kimia berbasis eksperimen 3. Solo :
PT. Tiga serangkai
Syamsurizal.2019.
Analisis
Kualitatif Senyawa Organik. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/dikunjungi
16 Februari 2020
Tim kimia organik 1. Penuntun praktikum kimia organic 1. Jambi:
UNJA
Yoshito.2010. kimia organik jilid 1.Bandung: JICA
penentuan titik leleh asam benzoat
kalibrasi termometer dengan es batu dan air murni
alat yang digunakan dalam penentuan titik leleh
pengkalibrasian termometer
penentuan titik leleh asam benzoat
berikut adalah link dari vidio kami :
Assalamualaikum wr wb, saya Resa Ovelia Hamsar dengan NIM A1C118034 akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Hal ini dapat terkadi karena beberapa faktor seperti kesalahan pengamatan, dan tidak dilakukannya kalibrasi.
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
BalasHapusSaya Nisa Aprylina NIM A1C118044 akan menjawab pertanyaan no 2
Kaleng bekas disini digunakan sebagai wadah untuk aquades atau minyak, pada saat percobaan termometer tidak menyentuh dasar dari kaleng tersebut, jika termometer menyentuh kaleng maka hasilnya akan tidak akurat, sedangkan kalo tidak menyentuh kaleng, maka hasilnya akan akurat sama seperti dalam erlenmeyer.
Sekian,semoga membantu, terima kasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
assalamualaikum wr.wb saya hesti nurmelis dengan nim A1C118090 akan menjawab no 1. interterval suhu berbeda-beda karena pada masing-masing sampel yang digunakan juga memiliki titik leleh yang berbeda sehingga menghasilkan suhu yang berbeda-beda pula. dan juga ditambahkan dengan perbandingan yang berbeda-beda pada titik leleh senyawa campuran.
BalasHapus